TRANSLATE

Translate this page from Indonesian to the following language! English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified Widget edited by Agustiyawan

BLOG FAVORITE

Minggu, 23 Januari 2011

MEMANDANG BUDAYA DAN PENDUDUK KALIMANTAN TIMUR





::: Agustiyawan :::

KALTIM dibangun melalui persentuhan, penyesuaian, dan bahkan peleburan antarbudaya. Sejarah migrasi manusia di Kaltim memperlihatkan betapa persentuhan antarbudaya telah terjadi sejak lama.

CATATAN sejarah menyebutkan, pada 1 juta tahun sebelum masehi (SM) hingga 8.000 SM sudah ada gelombang manusia memasuki Pulau Kalimantan. Kelompok ini terdiri dari ras Australoid (ras manusia pre-historis yang berasal dari Afrika). Ini merupakan migrasi gelombang pertama kaum pendatang ke Pulau Kalimantan. Australoid adalah nama ras manusia yang mendiami bagian selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, Kepulauan Melanesia dan Australia. Untuk kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini
Memasuki era tahun 38.000 SM - 18.000 SM, pada masa Preneolitikum, datang lagi ke Pulau Kalimantan kelompok suku semi nomaden (tergolong manusia modern, homo sapiens ras mongoloid). Penggalian arkeologis di Niah (Serawak), Madai dan Baturong (sabah) membuktikan bahwa kelompok ini sudah menggunakan alat-alat dari batu, hidup berburu dan mengumpulkan hasil hutan dari satu tempat ke tempat lain. Mereka juga sudah mengenal teknologi api.

Gelombang migrasi ketiga terjadi sekitar 4.800 SM ketika orang-orang ras mongoloid dari daratan Asia datang dan bermukim di Pulau Kalimantan. Pendatang baru ini sudah jauh lebih tertata hidupnya dan sudah pula membangun berbagai pola hidup sehari-hari, antara lain sudah menetap dalam suatu komunitas rumah bersama/komunal, dan sudah pula mengenal teknik pertaqnian lahan kering (berladang). Di dalam perkembangan pengetahuan dan kebudayaan ini tentu saja tersemat pula pengetahuanmengenai bibit tanaman yang dibutuhkan sehari-hari serta teknik-teknik arsitektur.

Gelombang migrasi ke Pulau Kalimantan terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya (bahkan hingga abad ke-21 sekarag ini). Konflik antar kerajaan di wilayah-wilayah sekitar pulau Kalimantan, petualangan untuk membuka kemungkinan meraih harapan hidup yang lebih baik di seberang lautan, ditemukannya ladang-ladang minyak, transmigrasi, karena dorongan perdagangan, dan perpindahan penduduk secara profesional dalam tahapan waktu yang berbeda-beda menjadikan Pulau Kalimantan sebagai wilayah yang heterogen. Kedatangan pendatang yang bergelombang ini juga menjadi akar untuk memahami mengapa suku-suku dayak memiliki begitu banyak varian dalam unsur-unsur budayanya, mulai dari bahasa, kesenian, tradisi ritual, hingga pandangan hidup.

Kaltim sebagai bagian dari Pulau Kalimantan juga mengalami proses seperti itu. Sejarah telah mencatat migrasi orang-orang Tionghoa dari kampung halamannya di daratan Cina karena konflik dan paceklik berkepanjangan, selain untuk perdagangan (karena bangsa Tionghoa sudah melakukan perdagangan ke Asia dan Afrika sejak lama). Konflik di daerah asal juga yang mengantarkan penduduk Sulawesi Selatan memilih menetap di Kaltim. Kebutuhan akan tenaga untuk eksploitasi kayu dan sumber daya alam dari fosil membuka lagi pintu Kaltim bagi berbagai etnis di Tanah Air untuk datang, bekerja, dan menetap.

Sejarah beberapa kota yang memperlihatkan kontribusi pendatang dalam dinamika kehidupan di Kaltim, disisi lain, kajian mengenai ini juga sudah banyak dilakukan, ada suku-suku Dayak yang tidak berterima dengan pola hidup "baru" sebagai buah dari proses heterogenitas, mereka memilih menghindar ke pedalamamn atau daerah yang masih belum di huni. Ini adalah pilihan hidup yang kini terbukti menjadi bagian terkuat dari kebertahaanan tradisi banyak suku Dayak.

Saat ini komposisi penduduk Kaltim berdasarkan 'jejak' etnisnya adalah Jawa (29,55%), Bugis (18,26%), Banjar (13,94%), Dayak (9.91%), Kutai (9,21%), dan suku batak, sunda, padang, Aceh, Manado, Ambon, dan lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...