TRANSLATE

Translate this page from Indonesian to the following language! English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified Widget edited by Agustiyawan

BLOG FAVORITE

Senin, 31 Januari 2011

SUKU DAYAK - Asal Muasal Suku Dayak


SUKU DAYAK

::: Agustiyawan :::

Dayak atau daya adalah suku-suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan yang berkebudayaan terrestrial (daratan, bukan budaya maritime). Sebutan ini adalah sebutan umum karena orang Dayak terdiri dari beragam budaya dan bahasa. Di Malaysia Timur, dalam arti sempit, Dayak hanya mengacu kepada Dayak Darat sedangkan di Indonesia mengacu kepada suku Ngaju di Kalimantan Tengah, sedangkan arti yang luas suku Dayak terdiri atas 6 rumpun suku. Suku Bukit Kalimantan Selatan dan Rumpun Iban diperkirakan merupakan suku Dayak yang menyeberangi dari pulau Sumatera. Sedangkan suku Maloh di Kalimantan Barat perkirakan merupakan suku Dayak yang dating dari pulau Sulawesi. Penduduk Madagaskar menggunakan bahasa yang mirip dengan bahasa Maanyan, salah satu bahasa Dayak (Bahasa Barito).

ASAL MUASAL SUKU DAYAK
Teori yang paling banyak diterima para ahli dalam menyelusuri asal muasal suku Dayak adalah teori imigrasi bangsa Cina dari Provinsi Yunan di Cina Selatan. Teori ini menyatakan, sekitar tahun 3000 – 1500 SM, terjadi migrasi besar-besaran penduduk Provinsi Yunan ke berbagai penjuru dunia. Mereka bermigrasi dalam kelompok-kelompok kecil, karena teknologi pembuatan kapal masih sangat sederhana. Sebagian dari mereka mengembara ke Tumasik (sekarang Singapura) dan Semenajung Malaysia, sebelum kewilayah Indonesia. Sebagian lainnya melewati Hainan, Taiwan, dan Filipina. Rombongan migrant pertama ini oleh para ahli dinamai Proto-Melayu. Pada masa ini pula dating ke Pulau Kalimantan kelompok negroid dan weddid. Negroid adalah ras manusia yang mendiami daerah selatan Gunung Sahara (Afrika), sedangkan Weddid adalah ras manusia yang berasal dari Srilangka.

Kemudian dating rombongan gelombang kedua yang kemudian dinamai Deuteo-Melayu. Jumlah migran gelombang kedua ini  jauh lebih besar disbanding gelombang pertama. Para migran inilah yang menghuni pantai-pantai Pulau Kalimantan dan belakangan disebut suku Melayu. Proto Melayu dan Deutero-Melayu sebenarnya berasal dari negeri yang sama.

Menurut H. TH. Fisher, migrasi dari Asia terjadi pada fase pertama zaman Tretier, saat Pulau Kalimantan (juga Nusantara) masih menyatu dengan Benua Asia. Para pengembara ras Mongnoloid dari Asia memasuki Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut Pegunungan “Muller-Schwaner”. Mereka inilah, setelah melewati abad demi abad yang menjadi cikal bakal suku Dayak.
Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatera dan Semenajung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.
Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makassar, dan Jawa pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir Pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku berbeda.

Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut “Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389. Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Belum sembuh dari pukulan kekalahan itu, masuklah pengaruh Islam dari Kesultanan Demak bersama masuknya pedagang Melayu pada sekitar tahun 1608.

Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman dan bahkan banyak yang lebih masuk lagi ke rimba Kalimantan. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan, sebagian di Kalimantan Timur, dan sebagian lagi di daerah Kotawaringin (Kalimantan Tengah). Salah seorang Sultan Banjar yang terkenal, Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (dari suku Ma’anyan atau Ot Danum).

SUKU DAYAK PADA MASA KINI
Dewasa ini suku Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni Kenyah-Kayan-Bahau, Ot Danum, Iban, Murut, Klemantan, dan Punan. Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-rumpun. Meskipun terbagi dalam ratusan sub-rumpun, kelompok suku Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu sub-suyku Kalimantan dapat dimasukan ke dalam kelompok Dayak. Ciri-ciri tersebut adalah :

  1. Tinggal di rumah panjang (lamin)
  2. Memiliki hasil budaya material seperti tembikar, Mandau, sumpit, beliong (kampak dayak).
  3. Pandangan terhadap yang khas.
  4. Bermata pencaharian berladang (dengan sistem tersendiri/peladang berpindah)
  5. Memiliki seni tari dan suara yang khas.
Perkampungan Dayak biasanya disebut Lewu lembu, sedangkan perkampungan kelompok suku-suku Melayu disebut Benual Banua. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah adat Dayak dipimpin seorang kepala adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda, tetapi di daerah perkampungan suku-suku Melayu tidak ada sistem kepemimpinan adat kecuali raja-raja local.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...